what time is it?

What time is it?

Kamis, 17 Maret 2011

GLOBAL WARMING

  1.   GLOBAL WARMING

ANAK BALI YANG GEMILNG

PROFIL PEMBUAT PATUNG GWK 

NARATIVE TEKS

MOUSE AND CROCODILE

KUMPULAN CERPEN

Terlalu Cepat Mencintaimu

profil presiden Indonesia 2004-2014

  1. PROFILL

Report teks

REPORT TEKS 

LIRIK LAGU

lyrik lagu@

KUMPULAN CERPEN

Mario & Ashilla

KUMPULAN CERPEN

7 HARI BERSAMANYA

KUMPULAN CERPEN

SEJUTA RINAI HUJAN

KUMPULAN CERPEN

Sepenggal Kisah Pilu ku bersama Dirinya


P.O.V

Hari ini aku menunggu nya seperti biasa di Café favorit ku bersamanya. Café “RiFy”. Pertama kali aku dan dia menemukan Café ini, aku dan dia merasa nyaman dan cocok dengan Café ini. Dengan warna ruangan berwarna Coklat Maron klasik dan beberapa benda klasik turut mengisi ruang café ini. Café ini sangat nyaman dan bisa membuat ku dan dia betah duduk berjam-jam hanya untuk sekedar ngobrol sambil minum kopi atau pun sedang nge-date.

Sudah 1 jam berlalu dari waktu janjian ku bersamanya. Aku melirik jam tangan putih yang sedang melingkar manis ditangan kiri ku sesekali mengaduk secangkir Mocca dengan perasaan sedikit gelisah. Setidaknya ini sudah ke 12 kalinya dia selalu terlambat jika kita janjian untuk bertemu. Ulangi! SUDAH KE 12 KALINYA ia TERLAMBAT.

Aku hanya melengos pelan kemudian menyeruput secangkir mocca ku yang sudah mendingin. Akhir-akhir ini aku dengan dia sedang mengalami sedikit masalah di hubungan yang sedang kita berdua jalani. Dan sifatnya kepada ku lama kelamaan mulai berubah. Boleh dikatakan Aku sedikit kecewa dengan sifatnya ini.

Ku ketuk jari-jari ku ke meja sambil mengedarkan pandangan ku ke seluruh penjuru Café. Tapi, tanda-tanda dia untuk datang kemungkinan tipis. Beberapa menit kemudian setelah aku mengalihkan pandangan ku ke layar hp, Bunyi derit pintu Café memicu ku untuk mendongakkan kepalaku dan kini dia sekarang berada di hadapan ku dengan wajah yang mmm.. mungkin menyesal boleh ku katakan. Aku hanya menghela nafas berat tak ingin memandang muka tampan itu. Mata ku tetap menyusuri buku kecil yang sekarang berada ditangan kanan ku. Kini yang ku lihat sekarang hanya tulisan-tulisan kecil milikku. Aku dapat melihat dari mata ekor ku kalau dia mungkin sedikit bersalah karna membuat ku menunggu. Baguslah kalau dia sadar. Ia menarik kursi yang berada di depan ku dan duduk. Ia memandang ku sebentar kemudian mulai berbicara.

“maaf…” ucapnya pelan.

Aku hanya tersenyum kecut saat ia mengucapkan kalimat itu. Ini sudah beribu-ribu kalinya ia mengatakan kalimat itu setiap kali ia terlambat memenuhi janjinya. Aku hanya diam membisu. Mata ku masih asyik menyusuri halaman demi halaman buku kecil milik ku. Tapi, otak dan hati ku tak demikian.

“Gue minta maaf banget,fy..” ucapnya sekali lagi menghilangkan keheningan diantara aku dengannya.

“terus? Alasan lo terlambat ?” Tanya ku dengan nada yang datar dan terkesan dingin.
Aku sekarang bisa melihatnya dengan jelas sedang menghela nafas berat dan tampak sedang berfikir untuk menemukan jawaban yang pas dengan pertanyaan ku tadi. Mata ku dengan lekatnya memperhatikan wajah tampannya.

“Tadi gue antar adik gue belanja! Sampai gue lupa kalau kita ada janjian di Café ini…” jawab mu terlihat ragu.

Hmmm… hati ku sesak saat mendengar jawaban darinya. Jawaban yang simple tapi sanggup membuat ku sulit bernafas sedetik saja. Dan untuk pertama kalinya aku baru mengetahui jika kau punya ADIK! Ulangi! Adik? Yang aku tau kau hanya 2 bersaudara! Sejak kapan ibu mu melahirkan lagi? Bukan kah kau pernah bercerita pada ku bahwa kau hanya mempunyai seorang kakak yang hanya beda dengan mu 10 bulan? Hmmm.. mungkin kedengarannya sangat tidak logis. Tapi, yang aku tau kau hanya mepunyai saudara bernama “Gabriel”. Dia satu angkatan dengan mu juga.

“Adik?” Tanya ku dengan tatapan aneh dan alis ku mungkin mengerut sekarang.

“Adik sepupu gue tepatnya!” ucap mu cepat.

Oke aku mengerti keadaan hubungan kita sekarang! Kurasa pembicaraan tadi sangat tidak penting. Suasana diam pun menyelimuti kami berdua yang sedang asyik dengan fikiran masing-masing. Bola mata ku ini tak henti-hentinya mencuri-curi pandang kearahnya. Beberapa menit kemudian bola mata ku dan bola mata nya saling bertemu menimbulkan kecanggungan di antara kita berdua. Heuhhhh…

“gue pengen pulang! Besok kelas gue jam pertama ada ulangan Sejarah..” ucap ku masih dengan nada dingin sambil berdiri dan siap-siap akan pergi.

“gue antar pulang!” ucapnya cepat sambil menarik lengan tangan ku pelan yang mampu membuatku mendongak kearahnya.

Aku hanya mengangguk pelan kemudian berjalan duluan meninggalkan Café tersebut di ikuti dirinya.
Didalam mobil milik nya pun aku hanya diam sambil sesekali memalingkan perhatian ku ke ruas jalan raya.
Sebuah suara dari tape radio mobil miliknya hanya yang bisa kudengar sekarang ditengah keheningan ku dengannya.

“Oke pendengar setia 105,1 Art-RFM Jakarta tepatnya Radio remaja anak Jakarta… Kembali lagi dengan saya Misshel! Oke tadi ada yang penelpon dan sempat memesan lagu dari Marcell yang berjudul peri cintaku.. Kami kabulkan yuk.. oke langsung saja.. Cekidot!”

Suara khas pembawa acara radio tersebut sangat ku kenal. Alunan nada music lagu yang sempat dipesan pun mulai mengalun. Hmmm… entah lagu ini sangat pas atau sangat menyinggung hubungan ku sekarang dengan sesosok Rio kekasihku.
Didalam hati ini…
Hanya satu nama yang ada di tulus hati ku ini…
Kesetiaan yang indah takkan tertandingi..
Hanya lah dirimu satu..
Peri Cinta ku…

Benteng begitu tinggi…
Sulit untuk kugapai…

Aku untuk kamu..
Kamu untuk aku..
Namun semua takkan mungkin…
Iman kita yang berbeda…
Tuhan memang satu..
Kita yang tak sama..
Harus kah aku lantas pergi..
Meski cinta takkan bisa pergi…

Clik..

Rio menatap ku heran saat aku mematikan tape radionya. Aku hanya mengalihkan pandanganku kejalan. Ingin sekali ku menagis. Aku tak bisa mendengarkan lagu itu terlalu lama. Sakit sekali hati ku saat mendengarnya. Lagu itu sangat atau mungkin menyinggungku. Rio hanya menghela nafas berat kemudian focus lagi menyetir. Mungkin dia tau apa yang mengganggu ku tadi. Ku harap.

*****

Pagi ini Aku berjalan gontai menuju kelas sendiri. Ulangi? SENDIRI. Tak biasanya aku sendiri menuju kelas. Biasanya atau mungkin sering kali sesosok Rio menemani ku berjalan melewati koridor-koridor ini dan mengantarku hingga ke depan kelas atau mungkin memastikan aku duduk dibangku dan berbaur dengan sahabat-sahabat ku. Dada ku cukup sesak saat menerima telpon nya tadi pagi.

*FlashBack: on *

Matahari pagi sepertinya masih malu-malu untuk menampakkan diri. Suasana subuh yang dingin masih terlihat di perumahan tersebut.
Aku bersenandung kecil saat keluar dari kamar mandi dan segera bersiap-siap untuk pergi kesekolah. Aku tau betul bahwa waktu tak bisa diajak berkompromi.

20 menit kemudian aku sudah siap dengan baju seragam lengkap. Hmmm.. sepertinya aku hanya tinggal menunggu Rio menjemput ku seperti biasa.

Drttt.. Drttt.. Drttt..
Hp ku bergetar pelan. Segera saja aku melihat siapa yang menelpon ku di pagi buta ini.
MarioRio –Lovely- Calling…

Aku tersenyum senang saat nama nya tertera dilayar Hp ku. Tapi, aku merasa aneh. Tidak biasanya ia menelpon pagi-pagi begini. Bukankah ia langsung menjemput ku tanpa harus meminta ijin dariku. Atau mungkin….
Sudahlah aku langsung saja mengangkat nya tanpa harus membuatnya menunggu. Walau aku lah orang yang sering dibuatnya menunggu.

Halo…. Ada apa yo? *
Fy, Sorry gue gak bisa jemput lo hari ini…. **
Hah? Terus gue gimana? *

Tuttt.. Tuttt.. Tuttt..

Belum saja Rio menjawab pertanyaan ku,Dia sudah terlebih dahulu memutuskan telpon nya. Hmmm.. boleh ku katakana Aku merindukan sifatnya yang dulu.
Terpaksa aku harus bernebeng ria di Deva adik ku yang juga satu kawasan sekolah dengan ku.

* FlashBack END *

Sampai didepan kelas aku berjalan dengan gontai sampai di bangku ku. Ternyata Agni,Sivia, dan Shilla sudah sampai duluan dari pada aku. Dan sekarang mereka lagi bercerita atau lebih tepatnya bergosip ria membicarakan Pacar mereka masing-masing.

“eh tau gak! Kemarin si Cakka ngajakin gue jalan-jalan ke Puncak gitu…” ucap Agni sahabat ku bersemangat.

“wah enak banget yah,ag. Gue ajah kemarin mau dinner ama Gabriel tapi, bokap gue iseng. Jadi terpaksa dinner nya dirumah gue.. terus bokap gue nantangin Gabriel main catur yah gitu deh jadinya..” Ucap Sivia sahabat gue yang satu lagi dengan bibir manyun.

“Hahahaha.. asik juga tuh bokap lo,vi. Kemarin sih si Alvin ngajak gue jalan! Ya udah deh kita pergi nonton,makan,jalan-jalan ngitarin mall sampai malam dan pas pulang, nyokap-bokap gue udah nungguin gue didepan pintu rumah. Gue kira nyokap-bokap gue bakal marah ternyata malah minta dikenalin noh si Alvinnya… Hahahaha… ya udah pas si Alvin pamit pulang, nyokap-bokap gue malah setuju banget dengan hubungan gue ama Alvin mereka seneng-seneng ajah..” Ucap Shilla sahabat gue yang satunya dengan raut bahagia.

Aku yang berada diantara mereka bertiga hanya tersenyum masam saat mereka bercerita dengan antusias tentang pacar mereka masing-masing.
Kejadian kemarin cukup membuat ku mengeluarkan air mata saat sampai dirumah. Rio selalu membuat ku menunggu. Membiarkan ku jatuh ke sisi cahaya yang redup. Dia tak tau betapa terlukanya aku jika dia tak ada. Aku hanya diam mendengarkan cerita mereka tanpa mereka sadari bahwa aku ada diantara mereka. Tapi, fikiran ku tak seutuhnya mendengar kan mereka yang sedang bergosip ria. Jauh disana fikiran ku menglanglang buana entah kemana. Aku harap mereka sadar jika aku sudah ada diantara mereka bertiga. Sahabat-sahabat ku.

“Ya ampun Fy! Lo udah datang? Sini gabung sama kita…” Ajak Agni melihat ku yang sedang berdiri melihat ke arah mereka dengan tatapan kosong.

Tapi, aku masih saja tidak bergeming. Shilla pun menepuk pundak ku dengan cukup keras hingga mampu membuat ku terlonjak.

“Heh?” Refleks aku seperti orang linglung.

“Fy.. lo gak papakan?” Tanya Sivia sedikit ragu.

Aku hanya menggeleng pelan kemudian duduk didekat Sivia teman sebangku ku. Aku dapat merasakan mereka sedang menatap wajah ku heran. Tapi, aku tak peduli.

“Fy, gimana acara nge-date lo bareng si Rio?” Tanya Shilla semangat.

Aku hanya tersenyum sinis. Sedetik itu pula Agni dan Sivia menyikut tangan Shilla bermaksud tak ingin menyinggung ku. Shilla yang sadar kalau hubungan ku dengan Rio tidak berjalan mulus atau lebih tepatnya sedang ada masalah langsung angkat bicara.

“Maaf,Fy…” Ucap Shilla cepat. Ia sepertinya merasa bersalah atas pertanyaannya barusan. Aku hanya diam dan mulai membaca novel kesukaan ku.
*****

Hari ini aku menunggu Rio pulang. Rencana nya aku dan Rio akan pulang bersama. Hati ku senang saat dia menawarkan rencana pulang bersama. Mungkin kedengaran aneh. Padahal kalau seharusnya rencana pulang bagi setiap anak muda yang sedang menjalin kasih memang seharusnya dijalankan.Tapi, bagi ku Rio sangat jarang atau mungkin tak ada LAGI waktu buat ku. Aku sendiri.

Sudah hampir setengah jam berlalu aku menunggunya. Oh aku lupa! Tepatnya hari ini bagi siswa/siswi NonMuslim sedang melakukan ibadah keagamaan bersama –bersama di ruang aula lantai 3. Pasti Sivia dan Shilla juga sedang menunggu pacar mereka masing-masing seperti diri ku. Tapi, aku tak tau mereka dimana sekarang. Sedangkan Agni? Sepertinya dia telah pulang sejak tadi bersama Cakka.

Aku tak henti-hentinya melihat jam tangan ku. Rio lama sekali! Aku sebenarnya sangat tidak suka dibuat menunggu. Tapi…..
Hey sebentar! Bukan kah itu Rio? Mata ku menangkap sesosok Rio bersama… Dea? Hah Dea?!. Yah tidak salah lagi pasti itu Dea. Dea Chirs Amanda tepatnya. Dia adalah ketua paduan suara gereja yang biasanya Rio pakai bersama keluarganya setiap hari minggu untuk melaksanakan ibadah sedangkan disekolah, Dia adalah anak paduan suara sekolah juga. Tapi, untuk apa mereka jalan berdua? Aku memperhatikan dua sosok itu lekat-lekat. Kalau boleh aku katakan mereka hmmmm Serasi! Melihat Rio yang sedang asyik bercanda dengan Dea, membuat dada ku sesak. Terpaksa aku meninggalkan sekolah sendiri tanpa menunggu Rio lagi. Aku tak sanggup melihatnya bersama orang lain.

*****

Hari sudah gelap. Tapi, aku enggan untuk turun dari tempat tidur ku dan lebih memilih diam dibalik selimut ku yang tebal ini. Kejadian siang tadi membuat aku menangis untuk kesekian kalinya. Sudah hampir 2 jam lebih aku menangis. Mungkin ini dinamakan sakit hati tepatnya. Rio sangat sering membuat air mata ku terjun bebas begitu saja.
Ku ambil Hp dan mulai menyalakannya. Yap.. Semenjak kejadian tadia siang, aku langsung mengnonaktifkan hp ku.
Baru saja aku mau mengotak-atiknya, beberapa sms dan miscall di hp menyambut ku.
Hmmm.. 14 sms belum terbaca dan 16 misscall dari………… Rio? Cih ternyata dia masih peduli dengan ku. Kubuka satu persatu pesannya.

From: MarioRio –Lovely-
Fy, lo udah pulang?

From: MarioRio –Lovely-
Fy,angkat telpon gue donk!

From: MarioRio –Lovely-
Fy,lo kenapa?

From: MarioRio –Lovely-
Maaf.. Maaf!

Aku tersenyum sinis saat membaca sederetan kalimat tersebut. Ia selalu meminta maaf pada ku tanpa mengetahui kesalahannya terlebih dahulu. Apa dia tak tau bagaimana perasaan ku saat ini? Sepertinya memang benar bahwa “Lelaki tidak pernah mengerti jalan pikiran wanita”.
Kantuk mulai menyerang ku. Dan akhirnya aku terlelap dalam tidur ditemani beberapa kegalauan dihati.

*****

Semenjak kejadian beberapa hari lalu, aku menghindar dari Rio. Setiap didekatnya aku selalu merasa sakit. Maaf.
Hari demi hari aku enggan berbicara dengan Rio. Dia sempat meminta penjelasan dari ku tapi, aku hanya diam. Sivia,Agni dan Shilla mengira aku dan Rio sedang Break.
Aku harus lebih focus ke pelajaran. Sedikit lagi atau lebih tepatnya 3 minggu lagi aku akan segera lulus dari sekolah ini. Sama halnya seperti Sivia,Agni,Shilla,Alvin,Gabriel,Cakka dan tentunya Rio.

*****
Dan hari itu akhirnya datang. Sebuah Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi malah terjadi dan berbuah sebuah penyesalan.
Dimana orang tua ku ingin bertemu dengan Rio kekasihku. Aku sebenarnya menerima tawaran ayah-ibu ku tersebut. Tapi, sudah beberapa minggu ini aku tidak pernah bicara lagi dengan Rio. Tapi, ya sudalah aku memberanikan diri untuk menghampirinya di ruang aula saat anak-anak NonMuslim sedang beribadah. Sebelum aku pergi keruang aula, aku harus mengikuti pendalaman ilmu membaca al-qur`an dulu. Pendalaman ini di khususkan untuk Siswa/siswi Muslim seperti ku. Setelah selesai pendalaman membaca Al-qur`an, aku segera bergegas menuju ruang aula dimana Rio berada. Langkah ku terhenti saat ku lihat Rio sedang asyik tertawa renyah dengan gadis itu. Dea. Ingin sekali ku berlari dan segera pulang kerumah dan mengunci diri dikamar. Aku sudah tak tahan dengan keadaan ini. Tapi, sepertinya dewi fortuna tidak memihak pada ku. Rio menyadari kedatangan ku dan segera menghampiri ku.

“Ify..” ucap nya pelan.

Suara itu. Suara yang sangat ku rindukan. Matanya menatap lekat mata ku hingga membuat ku terdiam ditempat lebih tepatnya badanku seperti membeku tiba-tiba. Wajah tampan dan senyum manis itu, Aku merindukannya.

“Tumben lo kesini? Kangen gue yah? Hahahaha…” tawanya terdengar sama sekali tak menyimpan beban.
Memang betul aku merindukan dirinya. Aku hanya diam. Kau pun juga dengan cepat ikut terdiam. Aku tau kau sedang berfikir. Berusaha mencari bahan pembicaraan yang tepat untuk mencairkan suasana diantara kita.

“Besok malam, jam 7.. datang ke rumah gue! Orang tua gue pengen ketemu ama lo..” ucap ku pelan.

Mungkin yang bisa mendengar ucapan ku tadi hanya kau dan aku. Aku pun segera pergi tanpa menunggu jawaban dari mu. Dapat ku lihat dari sudut mata ku, kalau kau menyimpan keraguan untuk datang ke rumah ku besok. Aku terus berjalan hingga aku memasuki cahaya redup itu lagi tanpa nya.

*****

Malam ini tepatnya aku akan mengenalkan Rio pada ayah-ibu ku. Ku harap mereka sejalan fikiran dengan orang tua Sivia dan Shilla yang menerima Alvin dan Gabriel. Ku harap. Aku sudah selesai berdandan sejak beberapa menit lalu. Dengan Dress bermotif bunga-bunga kecil dan manis dan sedikit make-up natural, kurasa gaya ku cukup pas untuk pertemuan antara orang tua ku dan Rio.

“Fy, mana Rio nya? Kok belum datang?” Tanya Ibu ku yang diangguki ayah ku.

“Gak tau ma.. aku kedepan bentar yah siapa tau Rio udah datang!” jawab ku sekenanya. Dapat ku lihat ayah-ibuku hanya mengangguk setuju.
Setelah menutup pintu depan rumah ku dan melihat sekeliling halaman depan rumah ku. Aku menangkap sesosok orang yang sangat ku kenal. Rio. Dia telah berdiri didepan pagar rumah ku. Kurasa ia sudah lama menunggu. Segera saja aku bergegas membuka pintu pagar rumah ku. Dan mempersilahkan Rio masuk. Canggung. Itulah yang ku rasakan saat berdekatan atau mungkin berjalan sejajar dengan Rio. Boleh ku akui dia cukup… Tampan sekarang.

“Fy… kok perasaan gue gak enak yah?” Tanya Rio pada ku. Aku hanya diam dan terus melangkah menuju pintu depan rumahku.


“Kalau seandainya hubungan kita tidak direstui bagaimana?” Tanya nya yang dapat membuat ku berhenti sejenak.

“Semua bakal baik-baik saja,Yo..” Jawab ku kemudian melanjutkan langkah ku dan mempersilahkan nya masuk. Ia tampak canggung saat memasuki ruang tamu ku. Aku hanya tersenyum kecut.

“ayah.. Rio nya udah datang!” ucap ku.

Ayah-ibu ku tampak tergesa-gesa menuju ruang tamu. Mereka bersalaman tanda perkenalan dimulai. Dan tanda penyesalan pun yang amat dalam pun mulai terputar.

“Wah, ini toh yang nama nya Rio? Mario Stevano Aditya Haling?” Tanya ayah ku sambil tersenyum mempersilahkan Rio duduk.

Rio hanya mengangguk. Sekarang Ayah-Ibu sepertinya mulai mengintrograsi Rio. Hingga akhirnya penyesalan itu sampai ke intinya.

**

Plakkkkkk….

Tamparan ayah mendarat mulus di pipi ku. Aku hanya bisa menahan perih diwajah ku yang mulai memerah ini. Sakit dan perih yang kini ku rasa.

“ayah kira kamu anak yang selalu menuruti perintah ayah! Tapi apa? Ayah-ibu kecewa sama kamu,Fy..” Teriak ayah ku tepat didepan muka ku.

Ibu hanya diam membisu melihat ku. Tatapan nya dapat kulihat. Ia menatap ku kecewa. Aku hanya diam menunduk. Ingin sekali aku menangis. Tapi, air mata ku seperti nya takut untuk keluar dihadapan ayah. Dan Deva dapat kulihat ia berdiri dibalik pintu menatap ku iba.

“Putus kan Rio sekarang! Jika kamu sayang dengan Tuhanmu” Ucap ayah ku tajam dan segera melangkah menuju kamar di ikuti ibu.

Seketika peninggalan ayah-ibu menuju kamar, Aku duduk terlemas di kursi sambil terisak pelan.
Dapat kulihat disela-sela isakkan ku Deva menghampiri ku dengan Ragu.

“Kak, yang sabar yah?” Sambil mengelus punggung ku pelan. Aku hanya bisa menangis kencang.

“Kalau emang kakak jodoh dengan kak Rio, pasti akhir dari semuanya Happy end kak!” Ucap Deva memberi semangat pada ku.

Langsung saja aku memeluknya erat dan meluapkan semua kesedihan ku didalam pelukan hangat Deva adikku.

*****
Hari ini sekolah ku libur. Sepertinya guru-guru sedang sibuk mengurus UAN mendatang.
Sebelum matahari hari muncul, aku sudah terlebih dahulu membuka mata ku. Tapi, aku tetap meringkuk di dibalik selimut tebal ku dan meng nonaktifkan hp ku. Air mata ku seperti nya sudah habis sejak jam 2 pagi aku menangis tak ada henti nya. Masih ku ingat jelas kejadian tadi malam….

*FlashBack : On *

“Wah rio ganteng yah,Fy?” puji ibu ku tersenyum. Aku hanya tersenyum begitu pun Rio.

“Terus nak Rio agama apa yah? Apa Islam juga?” Tanya ayah ku ramah.

Deg..
Jantung ku berdegup takut. Dapat ku lihat ekspresi Rio ragu menjawab pertanyaan ayah ku tadi. Di tatapnya aku. Tapi, aku hanya diam menunduk. Aku takut. Dapat kurasakan ia menarik nafas berat kemudian mulai menjawab pertanyaan ayahku tadi.

“Tidak om! Saya Kristen-Protestan ..” Jawab Rio dengan suara bergetar.

Ayah-Ibu ku berpandangan kemudian melihat ku dengan tatapan tajam. Oh.. Tidak! Pasti setelah ini ada kejadian buruk.

“Oh.. Terus sering Ibadah yah? Gereja nya dimana?” Tanya ayah ku masih dengan wajah ramah.

“Iya setiap minggu om sama keluarga…… Di Gereja Imanuel!” Jawab Rio. Aku hanya dapat menunduk.

“Apa ada keluarga kamu yang menjadi pendeta,Rio?” Tanya ibu ku sekarang dengan suara sedikit dingin.

Tidak! Ku mohon jangan menjawab nya Rio. Aku merasa Ayah-Ibu seperti nya tidak menyukai mu. Aku tau dari tatapan mereka teriak ku dalam hati.

“Ada… Kakek saya ,tan. Dia pendiri gereja Imanuel ditempat ibadah saya..” Jawab Rio ragu.

Aku hanya menunduk takut. Kurasa hubungan ku tiba di ujung tanduk. Aku takut jika ayah menyuruh ku….. Lupakan sajalah!
Dapat ku dengar dari telinga ini jika ayah-ibu ku masih saja mengintrograsi Rio. Rio pun hanya menjawab seadanya. Aku tau dia orang yang jujur. Tapi, ia tidak pernah jujur pada ku jika ada apa-apa.

“Oh iya berarti Rio suka ikut Ibadah di Aula yah?” Tanya Ayah ku.

Aku berbalik menatap ayah ku tak percaya. Dari mana ayah tau jika biasanya disekolah ku mengadakan ibadah? Bukankah.. Atau jangan-jangan ayah…
Rio menjawab apa ada nya hingga larut mulai menjelang. Rio kemudian segera pamit untuk pulang.

“Ya udah om saya pamit dulu! Soalnya sudah mulai larut.. saya permisi! Selamat malam semua dan Selamat malam,Fy!” pamit Rio kemudian keluar.

Aku hanya mengangguk pelan. Orang tua ku pun juga. Setelah Rio sudah tak ada, Kejadian itu datang. Kejadian yang tidak aku sadari. Ternyata orang tua ku tak sejalan fikiran dengan orang tua Sivia maupun Shilla yang menerima Alvin dan Gabriel dengan Senang hati. Orang tua ku malah sebaliknya. Mereka sangat murka dengan hubungan ku dengan Rio.

*Flash Back END*


Aku masih betah meringkuk dibalik selimut tebal dengan mata bengkak. Aku mencoba meraih Hp ku dan mulai mengaktifkannya.
Hey satu sms masuk. Dan itu dari….. Rio? Hmmm.. aku penasaran segera saja tangan ku dengan lincah mengutak-atiknya untuk membuka sms tersebut.
Jantung ku tiba-tiba berdegup kencang. Ada apa ini?

From: MarioRio –Lovely-

Fy, aku tunggu kamu di Café Rify jam 2! Ada yang ingin ku bicarakan..
With Love for You-

Dahi ku mengerut saat membaca sms tersebut. Tak biasa Rio begini. Dia kenapa? Batin ku bertanya-tanya.
Segera saja aku turun dari tempat tidurku sambil berjalan terseok-seok melihat jam dinding yang menunjukan pukul 1 siang. Segera saja aku masuk kamar mandi untuk bersiap-siap memenuhi janji Rio. Asal kalian tau Kejadian tadi malam cukup membuat ku sakit hati.

*****

Aku berjalan pelan menuju pintu Café. Kaki ku sangat berat untuk sampai ke pintu Café tersebut. Dengan langkah pelan tapi pasti, aku menghampiri Rio.

“Yo..” panggil ku pelan membuyarkan lamunannya.

Bisa ku lihat diatas meja, 2 gelas Mocca kosong. Hmmm… sepertinya dia sudah menunggu ku cukup lama. Kulihat jam tangan yang melingkar ditangan kiri ku. Jam menunjukkan pukul setengah 4. Sebegitu lama kah aku hingga membuat Rio menunggu? Tapi, kurasa inilah balasannya karna ia sering sekali membuat ku menunggu.

“Hey, Fy.. Yuk duduk” Ajaknya dengan senyum manis nya. Aku hanya mengangguk kemudian duduk berhadapan dengannya.

“Udah lama?” Tanya ku basa-basi terlebih dahulu untuk menghilangkan kecanggungan diantara aku dengan dia.

“1 setengah jam tepatnya…” jawab mu sambil tersenyum.

Aku hanya diam. Apa kau tau jika biasanya aku menunggu mu hingga berjam-jam lamanya? .Ku harap kau tau.

“So?” Tanya ku bingung.

Dapat kulihat kau menarik nafas dalam-dalam kemudian bersikap seperti biasa dan mulai angkat bicara. Tiba-tiba tangan mu dengan lembut menyentuh pipi ku. Tepatnya bekas pipi tamparan ayah ku semalam. Aku hanya memandang mu aneh.

“Aku dengar semua tadi malam!” ucap mu menatap bola mata ku lekat-lekat.

Aku menatap mu dengan tatapan tidak percaya. Apa? Rio mendengar semuanya? Batin ku bertanya-tanya. Mungkin Rio sekarang memandang ku yang sedang kebingungan menjawab ucapannya tadi.

“Semuanya?” Tanya ku pelan.

Rio hanya mengangguk. “Ayah mu menyuruh mu memutuskan ku kan? Atau lebih tepatnya kedua orang tua mu tidak menyetujui hubungan kita!” jawab nya.

“Kita berbeda yo..” ucap ku pelan. Butiran-butiran hangat siap terjun bebas untuk kesekian kalinya dipipi ku.

Mungkin rasanya aneh atau hanya kebetulan. Suara khas radio dari ujung Café terdengar. Dapat ku dengar samar-samar lagu peri cinta ku mulai mengalun.

Didalam hati ini…
Hanya satu nama yang ada di tulus hati ku ini…


Aku hanya tersenyum miris mendengar tiap kata yang terucap dari Marcell saat menyanyikan lagu itu.

Kesetiaan yang indah takkan tertandingi..
Hanya lah dirimu satu..
Peri Cinta ku…

“Gue sayang lo,Fy…” Ucap nya.

Benteng begitu tinggi…
Sulit untuk kugapai…

“Tapi, gue tau Sekuat apapun hubungan kita, Kita gak akan pernah bersatu karna benteng agama itu terlalu tinggi… Sulit bagi gue untuk naik hingga keatas.. Perbedaan kita sama-sama kuat! Hanya satu yang harus mengalah jika kita mau melanjutkannya…”

Aku hanya diam. Menunduk. Menahan laju air mata yang semakin deras saat mendengar tiap demi kalimat terlontar dari mulutnya.


Aku untuk kamu..
Kamu untuk aku..

“apa lo tau Fy, hubungan kita udah mau berjalan tahun ke 7? Gue biasa sering bangga ke teman-teman gue karna kita awet banget tau gak? Bayangkan saja saat gue nembak lo waktu kita masih duduk dibangku kelas 6! Waktu itu lo cinta pertama gue.. Dan sampai gue akhirnya nembak lo dan lo nerimanya dengan senang hati..” Ucap mu tergantung.

“Dan sekarang kita udah kelas 12.. Waktu cepat banget yah berlalu..” Ucap mu kemudian terdiam.

Aku tau kau sedang bernostaligia sekarang dengan kenangan kita pertama kali. Dimana benteng itu pertama kali terjalin. Aku dan kau kira hanya cinta monyet biasa yang akhirnya akan putus dan mencari yang baru. Tapi, aku dan kau salah. Hubungan ku dan kau berlanjut begitu saja bagai air yang mengalir dengan tenang. Suka dan duka kulalui bersamamu tiap tahun hingga aku beranjak bangku kelas 12.
Aku sudah mengenal mu cukup lama.
Namun semua takkan mungkin…
Iman kita yang berbeda…
Tuhan memang satu..
Kita yang tak sama..

“gue rasa kita harus mutusin hubungan kita,Fy!” ucapnya tegas.

Aku dengan cepat melihat nya dengan tatapan tidak percaya! Dia bercanda kan barusan? Aku menatap wajahnya serius dengan mat yang masih berurai air mata. Tidak ada sama sekali gurat bercanda disetiap lekuk wajahnya. Tangis ku pecah. Aku tak bisa menerimanya.

“LO JAHAT YO!” teriak ku emosi.

“Bukan gitu ,Fy! Gue sayang dan cinta sama lo tapi….”

Belum saja Rio melanjutkan kata-katanya, aku sudah memotongnya. “Mana janji lo tujuh tahun lalu? Mana? Apa itu cuman manis dibibir saja? Hah? Gue masih ingat janji lo saat lo nembak gue didepan perpustakaan sekolah dulu! MASIH INGAT YO…” ucap ku dengan nada meninggi sambil tetap mengeluarkan butiran-butiran hangat dari pelupuk mata ku.

“tapi Fy, bukan itu! Gue ingat! Malah setiap hari gue selalu menyebutkan kata-kata itu setiap gue akan tidur! Apa lo tau gue selalu menyempatkan kata-kata itu di doa gue supaya tuhan dengar itu! LO TIDAK TAU GIMANA RASANYA GUE HARUS MEMILIH!” teriak Rio marah.

Aku hanya diam membisu. Aku tau sekarang semua pengunjung Café pasti sedang melihat aku dan Rio yang sedang adu mulut. Tapi, aku tak menghiraukannya.

“Gue dijodohin Fy.. itu sebabnya sifat gue akhir-akhir ini berubah drastic ke elo..” ucapnya lemah.

Jderrrr….
Bagai petir menyambar hati ku kencang hingga hancur berkeping-keping. ku menatapnya tidak percaya. Dan air mata ku untuk ke tiga kalinya menangisi kekasih ku Rio.

“Lo becanda kan yo?” Tanya ku dengan suara gemetar.

Rio hanya menggeleng pelan. “Gue serius,Fy…”

“Dengan siapa?” Tanya ku parau.

“Dea.. itu sebabnya lo sering liat gue sama-sama dia terus! Ayahnya, teman papa gue di gereja.. kita dijodohin kala itu.. pertama gue gak setuju tapi, papa menyakinkan gue dan akhirnya..”

“Lo setuju!” ucap ku berat. “Kalian serasi yo..” lanjut ku lagi dengan memasang senyum pahit.

“andaikan gue gak dihadapkan oleh dua pilihan Fy.. pasti gue rela pindah agama demi lo.. tapi, karna ada tuhan, gue gak bisa!” ucapnya lagi. Ingin sekali gue teteskan air mata yang tak henti-hentinya keluar karna Rio.

“dua pilihan yo? Maksudnya?” Tanya ku kurang connect sepertinya.

“Lo atau Tuhan gue..” jawabnya pelan.

“kata papa gue, kalau gue pilih elo, gue gak akan dianggap lagi dikeluarga haling dan gue akan diusir.. Sama artinya gue telah berkhianat sama tuhan gue,Fy..”

“sedangkan jika gue lebih milih tuhan gue daripada elo, itu tanda nya gue akan selalu dalam kasih naungan tuhan gue,Fy.. dan gue pengen itu! Jika gue milih elo, itu sama nya gue udah berkhianat dan membunuh sendiri tuhan gue,Fy..” lanjutnya kemudian terdiam.

Aku hanya terdiam. Benar kata Rio. Apa karna cinta aku sebegitu egois nya hingga mengorbankan tuhan ku. Jika saja di dunia ini tidak ada penghalang yang kuat untuk cinta, pasti kisahku bersama Rio berakhir happy end. Tapi, aku sadar didunia ini, mempunyai penghalang yang kuat untuk Cinta.. yaitu Agama. Yah agamalah satu-satu nya penghalang diantara kisah ku bersama Rio.

“kalau itu mau lo gue terima yo..” ucap ku membuka kebisuan diantara kita berdua.

Rio menatap ku tak percaya. “Fy…”

“Gue gak se egois itu.. lo bener! Kita emang harus mengakhiri hubungan kita..” ucap ku pelan kemudian menunduk.

“lo gak akan menyesal kalau gue bukan pelabuhan hati lo yang pertama dan terakhir? Apa lo gak sakit kalau gue gak akan berujung sama gue?....” Tanya Rio beruntun.

“gak Yo... gue yakin tuhan sudah memilih jodoh gue yang terbaik dari pada lo.. begitu juga buat lo.. dan gadis yang beruntung itu Dea!” ucap gue berusaha tersenyum walau sakit.

“Gue sayang lo,Fy.. lo akan selalu jadi Peri cinta gue! Walau Dea yang akan berujung sama gue.. Tapi, gue akan selalu berharap kalau itu adalah lo! Kalau suatu saat nanti kita berjodoh, pasti kita akan ketemu di kala itu,Fy….” Ucap Rio. Aku mempercayainya.

Harus kah aku lantas pergi..
Meski cinta takkan bisa pergi…

Lagu itu berhenti bersamaan berakhirnya hubungan ku yang telah ku jalin bersama Rio 7 tahun lamanya dari aku menginjak bangku kelas 6 SD hingga aku duduk dibangku kelas 12 SMA. Aku akan selalu mencintainya walau aku tau aku bukan berujung padanya.

*****
7 Tahun kemudian….

Hari ini aku masih betah malas-malasan diatas tempat tidur. Benar saja! Pernerbangan malam kemarin membuat ku susah tidur. Hey apa kalian tau bahwa 3 hari setelah aku resmi berpisah dengan Rio dan berakhirnya hari kelulusan ku, aku segera berangkat ke negeri kangguru untuk melanjutkan cita-cita ku menjadi Dokter. Tanpa sepengetahuan Rio. Alasan selain aku ingin meraih cita-cita ku disana, aku juga ingin sekali melupakan kenangan tentang Rio. Kurasa ia telah bahagia bersama Dea gadis itu. Dan tepatnya tadi malam, aku kembali lagi ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliah ku selama 4 tahun disana dan 3 tahun menetap sementara untuk membuka praktek.

Jodoh? Kurasa aku belum punya! Hati ku seperti nya telah menjadi besi sekarang setelah memutuskan hubungan ku bersama Rio. Cukup Rio saja yang tersimpan rapat di hati ini.
*****
Aku berjalan pelan memasuki sebuah bangunan besar berlantai 3 tersebut. Sudah lama sekali aku tidak pernah kesini. Aku terus berjalan hingga tiba di sebuah 2 pintu besar. Bangunan ini tampak sepi karna sudah beberapa jam lalu ditinggalkan orang-orang yang sudah pulang kerumah masing-masing. Masih sama batinku. Aku mengeja nya pelan.

-Ruang Perpustakaan SD Cathel 13-

Aku tersenyum setelah membaca nya. Yah masih ku ingat diingatan ku dengan jelas. Disini lah tempat Rio menyatakan cinta nya pada ku kala aku masih kelas 6 SD dulu. Sudah lama sekali kurasa.

*flashback : on *

Seorang anak laki-laki berlari kearah ku dengan tergesa-gesa. Ia menepuki pundak ku pelan. Saat itu aku baru saja mengambil beberapa buku bahasa Indonesia dari sana. Dapat ku lihat seoarang anak laki-laki berkulit hitam manis tersenyum pada ku.

“Hey.. nama mu Alyssa yah? Anak dari kelas A?” Tanya nya.

Aku hanya mengangguk memasang muka bingung.

“Kalau begitu perkenalkan nama ku Mario..” ucapnya memjabat tangan ku. Aku membalasnya.

Dan dari sini lah kisah ku dimulai bersamanya…..
2 bulan berlalu.. Aku sudah mengenalnya dan kami sekarang berteman sangat akrab. Banyak yang bilang muka ku mirip dengan nya. Kurasa sepertinya.

Hingga suatu saat Rio menyatakan cinta pada ku didepan perpustakaan saat aku akan mengembalikan buku.

“Fy.. aku suka sama kamu! Kamu mau kan jadi pacar aku? Aku janji deh aku akan jaga kamu sekuat tenaga…” ucapnya berharap.

Aku hanya tersenyum walau pertamanya aku ragu untuk menerimanya. Tapi, bisa kulihat dari pancaran matanya yang tulus jika ia sungguh-sungguh.

“mau.. tapi, janji yah kamu bakal jagain aku.. kalau perlu kamu bakal jadi jodoh aku kelak!” ucap ku yang dulu masih belum terlalu mengenal Cinta.

Rio mengangguk. Dan inilah awal dari sebuah jalinan itu.

*Flashback END*
Masih ku ingat jelas setiap janjinya. Air mata ku tanpa sadar mengalir. Aku masih mencintainya.

*****
Aku berjalan dengan langkah berat ke Café dimana dulu aku menemukan nya bersama Rio. Seperti nya hari ini aku akan bernostaligia tentangnya untuk terakhir kali.
Langkah ku terhenti saat meihat café itu. Apa benar? Ku lihat lebih dekat lagi. Tidak mungkin.

Café ini ditutup karena bangkrut 7 tahun lalu…

Mata ku tak percaya membaca tulisan didepan pintu Café tersebut. Apakah saat aku mengakhiri hubungan ku dengan Rio, Café ini bersamaan tutup? Apakah café ini beribarat kan aku dan Rio. Entalah. Dapat kulihat setiap lekuk-lekuk café ini. Sudah berdebu dan retak di temboknya. Sudah sangat lama di tinggali oleh pemiliknya sepertinya.
Aku hanya tersenyum pahit. Merogoh kantong jaket sweater ku dan mengambil 2 buah foto.

Hmmm.. Foto ku bersama Rio dulu saat aku masih kelas berapa yah? aku lupa. Sudah lama sekali. Foto ini masih tersimpan baik.
Tapi, seperti sudah saat nya aku membuang kenangan tersebut. Kuramas-ramas foto tersebut membentuk sebuah bola dan kulemparkan sembarang dan ternyata masuk kedalam Cafe "RiFy" tersebut. Yah sepertinya aku dan Rio diibaratkan seperti Cafe ini. aku tersenyum pahit.

Aku berjalan meninggalkan Cafe tersebut. Masih ada satu foto lagi yang berada digenggaman tangan kiri ku. Kubalikkan foto tersebut kemudian tersenyum.

"Aku akan berusaha membuka hati untuknya ma,pa.." batin ku tersenyum melihat foto tersebut.

Yah ini foto ku bersama Ray. Dia teman Kecilku dulu. Tapi, setelah kenaikan kelas 2 SMP dikala aku masih menjalin hubungan dengan Rio, ia pindah ke Semarang. Ia tau hubungan ku dengan Rio.

Dan apa kalian tau alasan aku kembali ke Indonesia? Aku dijodohkan oleh Ray. Kurasa Rio benar, Ray lebih baik daripadanya. Aku berusaha membuka hati untuk Ray walau berat. Maaf Rio walau aku tidak berujung pada mu, Tapi cinta mu untuk ku yang luarbiasa itu akan sellau tersimpan dan tersegel disini. Tepatnya di hati ku.

@ With Love For You @

*****

Aku juga menemukan kenyataan pahit 5 tahun lalu tentang Rio. Ia mengalami amnesia. Dan kenangan ku dengan nya sirna begitu saja dengan hilangnya sebagian memori ingatan Rio. Ia tak mengenali ku sekarang. Berita ini aku dapatkan dari Gabriel saudara Rio. Mengingat itu aku sering menangis berjam-jam hingga air mata ku kering. Dan sekarang ia hidup bersama Dea dengan akhir kisah bahagia kurasa. Kenangan ku dengan Rio sekarang benar-benar berhasil. Sepertinya Tuhan tidak ingin membuat Rio terlalu lama mengingat ku. Kurasa.

Sedangkan kisah Alvin-Shilla , Gabriel-Sivia, dan Cakka-Agni? hmmm... sepertinya mereka berakhir bahagia. Mereka bisa bersatu. Tapi, tidak untuk aku dan Rio. Aku selalu iri melihat Alvin-Shilla dan Gabriel-Sivia yang bisa bersatu. Dan aku? Tidak!

Tapi, kurasa tuhan memilihkan jodoh dari orang masa lalu ku. Yah besok Ray akan melamar ku. Dan kisah baru ku akan dimulai dari situ. Kuharap semua berakhir Happy End nantinya.

THE END

KUMPULAN CERPEN

TIM TERBAIK

Macam@ penyakit - penyakit

THALASSEMIA

MOTTO HIDUP

MOTTO HIDUP