what time is it?

What time is it?

Minggu, 02 Januari 2011

cerpen persahabatan

PENYESALAN

Namaku Rhena Aulia.Aku biasa di panggil Rhena.Saat ini aku duduk di bangku kelas 6 SD.Sore itu aku berada di toko buku untuk mencari beberapa buku pelajaran .Seminggu lagi aku akan mengahadapi Ujian Nasional.Jadi aku harus sungguh – sungguh untuk belajar.

“ Hai, Rhen ! “ sapa seseorang dengan tiba – tiba dan membuatku terkejut.
Saat aku menoleh, ternyata orang itu adalah sahabat dekatku. Namanya Dea.Dan di sebelahnya, ada sahabatku yang lain yaitu Icha.
“ Hai . . . ! Kalian juga disini? “ tanyaku pada mereka berdua sambil tersenyum.
“ Iya nih, Rhen.Kita lagi cari soal – soal latihan matematika.Kalo kamu? “ tanya Icha.
“ Sama dong, aku juga lagi cari buku matematika. “
“ Oh ya, sekarang kita jadi jarang kumpul – kumpul ya? “ ujar Dea tiba – tiba dengan sedikit tersedih.
“ Maklum lah, De . . . Seminggu lagi kan kita ujian. “ sahut Icha.
“ Iya, bener De.Kita kan mau ujian, jadi kita harus serius belajar.Gimana kalo setelah ujian, kita jalan – jalan bareng? Itung – itung buat refresing. “ usulku dengan semangat ’45.
“ Boleh juga tuh ide kamu. “ sahut Dea senang.Icha pun menyetujui usulku.
“ Tapi jangan lupa ajak Arin juga ya! “ tambah Icha.
“ Oke deh.Gampang nanti kita atur lagi.Ya udah deh, sekarang kita pulang aja.Kelihatannya udah sore nih.Kamu udah dapet bukunya kan, Rhen? “ tambah Dea.
“ Udah kok.Ya udah, kita langsung bayar ke kasir aja yuk . . . “ ujarku.
Lalu, kami pun pergi ke kasir untuk membayar buku – buku yang kami beli setelah itu kami pulang ke rumah kami masing – masing.

* * *

Keesokan harinya, aku dan juga ketiga sahabatku berada di perpustakaan untuk mengerjakan beberapa tugas.Aku duduk bersebelahan dengan Arin.Sementara di hadapanku ada Dea dan Icha.Tapi entah mengapa sedari tadi aku memandangi wajah Arin yang tampak sedih dari pagi.Tapi ketika aku hendak menanyakan perubahan sikap Arin, tiba – tiba Dea memanggilku.
“ Eh, Rhen ! lihat deh cowok yang baru datang ke perpus itu! “ ujar Dea.
Aku, Arin dan Icha menoleh kearah yang di tunjuk oleh Dea.
“ Yang mana? “ tanya Arin penasaran.
“ Itu loh . . . cowok yang tinggi, kulitnya putih dan rambutnya spike. “ ujar Dea tanpa ragu – ragu.

Beberapa menit kami terpana melihat cowok yang tadi disebut Dea.Namun, segera aku tersadar dari lamunanku.
“ Siapa ya dia? Kok kayaknya aku gak pernah lihat. ” kata Icha sambil mengamati cowok itu.
“ Ya ampun . . . ganteng banget tau nggak sih? “ ucap Dea yang masih terpesona dengan cowok itu.
Aku hanya tersenyum melihat ekspresi Dea yang sedang bahagia.
“ Pokoknya aku harus cari tau, siapa nama cowok itu! “ kata Dea mantap.
“ Ya tapi jangan lupa seminggu lagi kita ujian loh ... “ kata ku mengingatkan Dea.
“ Siph . . . aku ingat ko Rhen! “ ujar Dea sembari mengacungkan ibu jarinya kepada ku.

* * *

Seminggu berlalu . . .
Kami telah melewati Ujian Nasional.Dan selama seminggu pula, kami telah mengenal cowok yang kami lihat di perpustakaan dulu.Namanya Rino.Anaknya baik, sopan dan pintar.Selain itu, Rino juga enak di ajak bersahabat.
Seperti janji kami dulu, hari itu aku dan sahabat – sahabatku jalan – jalan ke sebuah mall.Tapi tanpa Arin.Arin bilang, kalau dia sudah ada janji lain.Jadi kami nggak bisa memaksanya.
Setelah kami selesai makan, kami memutuskan untuk mampir sebentar ke toko buku.Namun di tengah perjalanan, kami melihat dua orang yang sudah tidak asing lagi bagi kami.Kami terkejut melihat dua orang itu sedang bergandengan tangan sambil bercanda masuk ke sebuah toko boneka.Ternyata mereka adalah Arin dan Rino.
Aku menatap kearah Dea.Sudah bisa aku tebak kalau dia yang paling merasa sedih melihat pemandangan itu.Air mata Dea mulai menetes.Karena tidak tahan melihat pemandangan itu, akhirnya Dea memutuskan untuk berlari keluar mall.Aku dan Icha berusaha mengejar Dea.Tapi sayang, Dea sudah lebih dulu mendapatkan taxi.

* * *

Satu hari setelah kejadian itu, kami bertengkar hebat.Kami meminta penjelasan pada Arin.Dan tanpa mendengar penjelasan dari Arin.Semenjak kejadiaan itu kami bertiga menjauhi Arin.
Dan hari ini, kami bertiga berada di kantin.Tanpa Arin.Tiba – tiba, Rino datang menghampiri kami.
“ Hai, semuanya! Pada manyun kenapa nih? “ tanya Rino sembari duduk di kursi yaang masih kosong.
“ Nggak pa – pa, kok. “ jawab Dea malas – malasan.
“ Oh ya,Rin.Kita mau tanya . . . sebenernya ada hubungan apa sih, kamu sama Arin? ” tanyaku.
“ Aku sama Arin? Kita Cuma temenan kok.Sama kayak aku sama kalian.” Jawab Rino santai.
“ Temen? Tapi kenapa kemarin – kemarin kita lihat kamu jalan berdua sama Arin di mall? “ tanya Icha curiga.
Rino menaggapi dengan tertawa.
“ Kok kamu malah ketawa sih? “ tanya Dea kesal.
“ Habis tuh kalian aneh – aneh aja.Kemarin – kemarin aku emang jalan sama Arin.Tapi Arin Cuma nemenin aku buat beli kado. “
“ Kado buat sapa?” tanya Dea.
“ Buat adik aku yang bentar lagi ualang tahun.Arin kan deket banget sama adik aku, jadi nggak ada salahnya dong kalo aku minta temenin dia? “
Kami bertiga terdiam.Jadi . . . kita sudah salah paham sama Arin.
“ Ya udah, gimana kalo sepulang sekolah nanti kita ke rumah Arin buat minta maaf? “usulku.
“ Lho memang kalian nggak tahu kalo hari ini Arin pindah? “ tanya Rino.
Kami bertiga saling berpandangan heran.
“ Maksud kamu? “ tanya Icha.
“ Iya hari ini kan Arin memang pindah.Dia memutuskan untuj ngelanjutin sekolahnya di Jakarta. “ jelas Rino yang kemudian melihat jam tangannya.” Keretanya berangkat jam sepuluh.Masih ada waktu lima belas menit lagi. “ lanjut Rino.
Tanpa berpikir panjang, kami langsung beranjak dari kursi dan pergi menuju stasiun menggunakan taxi.

* * *
Sampai di stasiun, kami langsung menanyakannya kepada petugas loket tentang keberangkatan kereta jurusan Jakarta.
“ Maaf, mbak . . . kereta jurusan Jakarta sudah berangkat atau belum ya? “ tanyaku.
“ Oh . . . baru saja, mbak. Lima menit yang lalu keretanya sudah berangkat. ” kata petugas loket itu.
Tubuh kami terasa lemas mendengar jawaban dari petugas loket. Penyesalan menyelimuti diri kami.Kenapa kami begitu bodoh karena tidak mau mendengarkan penjelasan Arin kemarin.Sekarang semuanya sudah terlambat.Aein telah pergi meninggalkan kami.Bahkan kami belum sempat meminta maaf kepadanya.Mungkin memang benar kata orang bahwa penyesalan itu selalu datang belakangan.
Dan dari kejadian itu, aku dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga, bahwa “ Hargailah apa yang kamu miliki sekarang, karena tanpa kamu sadari, kamu begitu beruntung memilikinya. “


~ TAMAT ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar