what time is it?

What time is it?

Kamis, 17 Maret 2011

KUMPULAN CERPEN

TIM TERBAIK


(Siang itu, Alea memasuki ruang guru untuk mengkonsultasikan karya tulis)

Alea : “Selamat pagi, bu. Saya ingin mengkonsultasikan karya tulis.” (Alea menyerahkan beberapa lembar berisi konsep karya tulis yang dibuatnya dengan susah payah)
Guru : “Ini kalian… Kalian kerjasama atau kamu sendiri yang mengerjakan?” (Tanya Bu Guru heran)
Alea : “Em… K-k-kerjasama, bu. T-tapi… S-saya yang lebih banyak mengerjakannya sendiri dibanding teman-teman…” (Alea grogi)
Guru : “Bukannya saya memerintahkan tugas ini untuk dikerjakan satu tim?”
Alea : “T-tapi, bu---”
Guru : “Sudahlah! Lihat! Ini semua salah total! NIP saja salah! Pokoknya Saya nggak mau tau karya tulis harus segera dikumpulkan karena lusa harus diserahkan ke panitia.”
Alea : “Baik, bu…”
(Alea berjalan menuju kantin dengan langkah tanpa semangat. Di kantin, Alea melihat teman-teman satu tuimnya dan mendekati mereka untuk membicarakan karya tulis yang harus diselesikan dalam waktu dua hari.)

(Teman-teman Alea malah asyik mengobrol sendiri dan mengabaikan Alea yang sedang kesal.)

Indra : “Aaaa… yang BB Torch itu, ya?”
Rangga : “Yapz, man! Di situ cuman dua juta!”
Alea : “Teman-teman, kita harus secepatnya memperbaiki karya tulis ini. Karena lusa harus dikumpulkan.”
Vivi : “Serius?”
Indra : “BM gak, tuh?”
Livia : “Paling BM, kan?”
Vivi : “Ih, itu mah jelas BM banget…! Orang waktu itu aku liat harganya aja sampe enam juta!”
Alea : ”BRRRAAAK!” (Alea memukul meja dengan keras) “Kalian pada ndengerin aku gak sih??!!”
Livia : “Iya, Al. Kita ndengerin kamu, kok. Besok aja, ya ngerjainnya.”
Vivi : “Lagian hari ini aku ada acara keluarga…”
Rangga : “Iya, Al. Sante aja kali…”
Indra : “Kan masih lusa dikumpulinnya. Kita masih punya waktu dua hari lagi, kan? Lagipula Radit hari ini juga nggak masuk…”
Alea : “Sekarang kalian urus karya tulis ini sendiri!”
(Sambil membanting konsep karya tulis ke meja kantin.) “Aku nggak mau tau pokoknya lusa udah harus selesai!”
(Dengan kesal, Alea pergi meninggalkan teman-temannya.)

Vivi : “Keliatannya kita udah jahat banget, deh, sama Alea…”
Rangga : “Iya, bener. Karya tulis ini yang bikin ‘kan juga Alea.” (Sambil memegang karya tulis itu.)
Indra : “Udah. Jangan banyak omong. Mending kita langsung kerjain aja.”
Vivi : “Tapi, ‘kan hari ini aku ada acara keluarga. Gimana kalo besok aja?”
Livia : “Ya udah. Besok aja di rumahku. Sekalian kita tunjukin permintaan maaf kita ke Alea.”
Vivi, Indra, dan Rangga : “Setuju…!”
Saat hari penyerahan karya tulis, Alea sudah pasrah bila Ia dimarahi oleh panitia. Ketika masuk kelas, Alea terkejut saat melihat mejanya dipenuhi oleh teman-teman satu timnya. Mereka sedang sibuk menyempurnakan karya tulis.

Livia : “Hey, Al!”
Indra : “Gimana hari minggumu, Al? Menyenangkan?” (Indra tersenyum) “Oh, iya. Ini aku bawakan minuman buat kamu. Ini buatan mamaku, lho!” (Indra memberikan minuman kepada Alea)
Livia : “Ini, Al. Copy-an pembahasan karya tulis untuk siding nanti. Isinya udah kita benerin. Dan guru bahasa sudah setuju.”
Radit : “Vivi sama Rangga sekarang lagi beli penjepit kertas sekalian nyetak logo SMP kita. Oh, iya, Al. Tapi kita belum nyisipin kata-kata buat lampiran.”
Livia : “Dan aku yakin Cuma kamu yang bisa.”
Radit : “Jadi, tolong kamu tulis kata-katanya di bawah gambar-gambar ini. Cepetan, ya… Soalnya habis upacara semu karya tulis harus sudah dikumpulkan. Nanti biar aku aja yang ngetik.”
(Vivi dan rangga kembali ke kelas)
Rangga : “Eh, ada Alea. Aku kira kamu mau nggak berangkat.”
Alea : “Ya, enggalah… Ngga mungkin aku ga dateng. Sekarang kan sidang. (Alea terdiam sejenak) ”Temen-temen makasih, ya…”
Vivi : “Makasih buat apa, Al?”
Alea : “Makasih karea kalian udah nyelesein kartul ini…”
Livia : “Nggak usah bilang makasih, kali, Al. Justru kita yang harusnya minta maaf ke kamu… Kita udah tega biarin kamu bikin kartul sendiri…”
Indra : “Iya, Al. Kita minta maaf, ya. Maafin kita ya, Al…”
Alea : “Okeey, permintaan maaf kalian aku terima. Sekarang ke lapangan, yuk! Upacara, terus persiapan buat siding deh nanti.”
(Setelah selesai upacara, Alea dan teman satu timya bersiap untuk sidang nanti.)

Radit : “Semua udah siap?”
Vivi : “Udah, dooonk. Kamu udah siap ‘kan, Al?”
Alea : “Siap nggak siap harus siap.”
Guru : “Kalian sudah siap semua, kan?” (guru bahasa masuk kelas tiba-tiba.) “Kalau sudah, harap segera menuju aula.”
All : “Sudah, bu… “
Guru : “Untuk isi, saya salut dengan hasil kalian. Karya tulis kalian sangat bagus dan rapi.”
All : “Terimakasih, bu….”

Jadi dari drama diatas kita dapat simpulkan bahwa suatu tim akan menjadi yang terbaik bilamana anggotanya saling berkerjasama. Ketahuilah kebersamaan lebih berarti disbanding obsesi untuk menjadi yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar