what time is it?

What time is it?

Kamis, 17 Maret 2011

KUMPULAN CERPEN

Mario & Ashilla
 Aku menyadari bahwa dirimu memang tak sempurna..
Maaf bila aku telah mengecewakanmu..
Membuatmu menangis..
Menghapuskan segala bayangan indah dalam pikiranmu..

Aku mencintaimu..
Memberikan seluruh hatiku, sepenuhnya untukmu..
Hanya untukmu..

Di mata orang, kau memang tak sempurna..
Tapi dimataku, kesempurnaan hanya milik Tuhan,
Dan Tuhan,
Menganugrahkan kesempurnaan padamu, pada kecantikanmu..

Aku tak peduli apapun kekuranganmu..
Aku menerimamu apa adanya..
Akupun berharap demikian..

Tapi ternyata,
Kau belum memberikan sepenuhnya hatimu untukku..

Aku tak memaksa..
Yang perlu kau tau,
Aku akan tetap mencintaimu..
Dengan, atau tanpa kasihmu..

Sampai aku mati..

-Mario-


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Loe serius Yo ??” tanya cowo korean yang ada dihadapan Rio. Dialah Alvin, sahabatnya.

“Serius. Gue pengen buat dia bahagia. Dan dengan cara itulah gue bisa liat dia tersenyum” jawab Rio mantap.

“Okelah loe mau buat dia bahagia. Tapi apa ngga dengan cara lain ?? ayoo lah Yo, dia Cuma cewe yang baru loe kenal 7 bulan lalu. Siapa tau dia ngga beneran cinta sama loe”

“Tapi gue yakin Vin, gue ngga butuh kepastian cintanya ke gue. yang gue tau, gue cinta mati sama dia dan bakal ngorbanin apapun demi senyumannya” Rio bersikeras.

“Hmm…terserah loe deh. Gue harap loe ngga akan nyesel sama keputusan loe. Gue angkat tangan” Alvin mengangkat kedua tangannya sebatas kepala.

Bibir Rio menyunggingkan senyum tipis. “Thanks ya Vin, dukungan loe berarti banget buat gue”

“Yah mau gimana lagi ?? gue kan emang ngga bisa menghalangi kemauan dari seorang Mario” Rio menjabat tangan sahabat kentalnya.

“Semoga keputusan gue ngga salah”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Rangkaian perban panjang yang menutup mata gadis itu sedikit demi sedikit dilepas sang dokter dengan hati hati. Alvin, dan sahabat gadis tersebut menunggui di dalam ruangan. Menanti detik detik sang gadis melihat dunia. Gulungan perban terakhir dijatuhkan dokter ke lantai. Meninggalkan dua kapas yang menutup mata sang gadis. Membuat yang ada didalam ruangan itu semakin tak karuan, berhasil atau tidak ??

“Sekarang, buka mata kamu..pelan saja” perintah dokter kala dirinya melepas 2 helai kapas yang melekat menutup mata gadis.

Alvin dan Sivia—sahabat si gadis—menahan nafas kala sang gadis membuka matanya perlahan.

“Shilla ??” panggil Sivia, pelan.
Sang gadis yang bernama Shilla tak langsung menjawab panggilan sahabatnya. Tapi diam sejenak. Memperhatikan ruangan putih yang mungkin tampak asing baginya. Ya !! memperhatikan!! Itu artinya…

“Aku bisa melihat !!” seru Shilla kegirangan.

“Yang bener Shill ??” Sivia tampaknya ingin sekali lagi memastikan. Gadis itu membiarkan dokter memeriksa mata sahabatnya terlebih dahulu.

“Gimana dok ??” tanya Via girang.

“Operasi berhasil. Pasien bisa melihat. Selamat ya” ucap sang dokter.

“Makasih banyak ya dok”

“saya permisi” dokter beserta seorang susternya meninggalkan ruangan. Tinggalah Alvin, Sivia dan Shilla.

“Shilla, aku seneng banget kamu bisa liat lagi !” Sivia memeluk sahabatnya.

“Ini kamu Vi ?? sahabatku sejak kecil ?? Sivia…kamu cantik banget” Shilla meraba wajah sahabatnya. Dan mengusap airmata haru yang keluar dari pelupuk mata Via.

“Jangan nangis ya cantik..” Sivia kembali tersenyum. Sedangkan Shilla melirik Alvin.

“Dia..apa dia Rio ?? apa kamu Mario ??” tanya Shilla. Alvin tersenyum tipis. “Aku Alvin. inget kan ??”

“Ohh Alvin. terus mana mario ?? aku pengen banget ketemu sama dia”

“Pulihkan dulu kesehatan kamu. Setelah kamu keluar dari rumah sakit, baru kamu bisa bertemu Rio” tutur Alvin.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Rio mana Vin ??” hari ini Shilla dibolehkan pulang ke rumah sakit. Dan hari itu juga Alvin mengajak Shilla menemui Rio.

“Ntar juga loe tau. Ikut gue aja” Alvin berjalan cepat kedepan. Meninggalkan Sivia dan Shilla dibelakang.

“Vi, kok Alvin jutek banget ke aku ?? emang aku ada salah apa ??” bisik Shilla.

Sivia membisu. Entah apa yang ada dalam pikirannya.

“Via !!”
“Hah apa ??”

“Ihh kamu ngga dengerin aku ya ??”

“Mmm…aku ngga tau Shill. Alvin kan emang orangnya kaya gitu. Sejak pertama kali kita ketemu sama mereka. Kamu inget kan ??”

Shilla diam. Berusaha mengingat saat pertama perjumpaan dirinya, Sivia, Alvin dengan Rio. Dulu, sama sekali tak ada pandangan tentang mereka. Membayangkan wajahnya pun tidak bisa. Tapi yang jelas, kelembutan Rio, kedinginan Alvin, dan kesetiaan Sivia yang membuat sedikit bayangan muncul dalam pikiran Shilla. Wajah wajah mereka yang kini bisa dia lihat dengan mata kepalanya. Alvin dan Sivia sudah berhasil dilihatnya. Hanya tinggal seorang..seorang yang sangat berarti untuk dirinya…

“Nah, itu dia…Mario” Alvin berhenti. Dan menunjuk seseorang yang sedang terduduk di kursi. Dihadapannya terdapat sebuah grandpiano. Jari jarinya sibuk memainkan tuts piano secara asal asalan. Di lejer pemuda itu terbalut sebuah syal rajutan berwarna biru putih.

“Rio…”Shilla mendekatkan langkahnya perlahan ke tempat Rio berada. Alvin memutuskan untuk menjauh dari Rio. Berada dekat Sivia.

“Kamu Mario ??” tegur Shilla pelan seraya menyentuh pundak Rio. Sontak, permainan asal asalan Rio terhenti. Suasana menjadi hening.

“Permainan kamu bagus. Kenapa berhenti ??” lanjut Shilla.

“Saya ngga bisa meneruskan permainan ini. alunan nada yang ngga akan tersusun rapi karna saya…tidak bisa melihat not not balok dan menempatkan jari saya di tuts yang tepat” ujar Rio.

“Maksud kamu ?? oh aku ngerti. Kamu ngga bisa baca not balok kan ??? makanya kamu asal asalan” kata Shilla.

Rio menggeleng. “Ngga. Ashilla, saya memang tidak bisa melihat”

“APA ??!! jadi kamu….kamu..ngga !! Rio, kamu pasti becanda kan ?” tanya Shilal lebih keras. Alvin menatapi Rio dan Shilla tanpa ekspresi. Sedangkan Sivia menggigit bibir bawahnya. Tanda ia sedang cemas atau khawatir.

“Saya ngga bohong. Saya lah Rio. Rio yang kamu kenal. Saya senang sekali kamu bisa melihat. Ijinkan saya meraba lembut wajah kamu” Rio mengangkat tangannya, hendak membelai pipi Shilla. Namun gadis itu menepisnya.

“NGGA !! aku ngga akan ngijinin kamu nyentuh aku !” ucapnya galak.

“Loh kenapa ??”

“Karna aku ngga sudi muka aku disentuh sama cowo buta macem kamu !!”

“Maksud kamu ?? Shilla, aku Rio..pacar kamu”

“Pacar ?? kamu memang Rio..tapi aku ngga nyangka kalo ternyata kamu juga buta !! dibayanganku, kamu itu tampan dan sempurna. Aku pikir Alvin itu kamu !! tapi ternyata kamu….”

“Jadi kamu kecewa ??”

“Ya !! kecewa banget…kalo tau bakal kaya begini, lebih baik sejak dulu aku ngga menerima kamu. Karna menerima kamu adalah satu penyesalan terbesar dalam hidup aku.semua janji yang pernah aku ucapin, batal !! aku ngga mau menikah sama orang cacat kaya kamu. Permisi !!” Shilla meninggalkan tempatnya setelah dia berhasil menggoreskan luka dalam hati Mario. Lelaki yang tak pernah berhenti mencintainya…

“kenapa kamu tega mengingkari janji kamu” lirih Rio, pilu.

~Flashback~

“Liat kan Yo ?? apapun yang gue mau, pasti bisa didapet. Dan ngga ada yang ngalahin. Termasuk batu rubby yang langka ini. akhirnya bisa gue kasih sebagai kado buat mama” 2 orang pemuda berjalan beriringan menyusuri Mall elite di ibukota. Salah seorang pemuda tak henti hentinya berseru heboh sembari memamerkan sebuah batu merah yang baru saja dia dapatkan dengan harga selangit di toko perhiasan Mall tersebut.

“Ckck..iyaiya. gue salut sama loe. Kapan loe mau kasih ke Tante Gracia ??” pemuda yang satunya bertanya.

“Pas ul…”

BRUKK !
Seorang gadis menabrakan dirinya, menyenggol Alvin sehingga batu yang dia bawa terjatuh, dan…pecah !

“Heh, punya mata ngga sih loe !! loe tau ngga ?? gara gara loe nabrak gue, barang yang sangat berharga ilang !! pecah !! pake otak dong loe !” marah alvin.

“Maaf mas, saya ngga sengaja” kata gadis itu.

“Ngga sengaja..ngga sengaja !!”

“Udah Vin, sabar”

“Gabisa gitu dong Yo !! mana bisa gue sabar ?? batu Rubby udah gue dapetin secara susah payah !! dan sekarang, raib gara gara cewe oon ini !!” alvin menunjuk gadis di depannya.
“Heh, kamu tuh belagu banget sih ??!! temen aku kan udah minta maaf. Lagipula berapa sih harga barang kamu ?? biar aku ganti” tutur Sivia.

“Loe ganti ?? oke !! harganya 35 juta !!”

“Apa ??”

“He ?? ga mampu kan loe !! makanya jangan sok !” ejek Alvin.

“Denger ya, kalau saya punya mata, pasti saya akan lebih hati hati. Ngga akan saya biarkan diri saya sampe nabrak orang sombong kaya kamu !! ayo Vi, kita pergi” ajak gadis itu. Alvin tak begitu ambil pusing. Berbeda dengan Rio. Pandangannya terus mengikuti kemana gadis itu pergi. Baru dia sadari, bahwa gadis itu memang buta. Terbukti dari tongkat yang dia bawa. Matanya juga kosong tanpa ekspresi. Sungguh keterlaluan Alvin marah marah akan apa yang tidak sengaja dilakukan gadis itu.

“Yo, cabut yukk !! badmood gue” ajak Alvin. Rio mengikuti. Sepanjang perjalanan pulang, tak satupun kata keluar dari mulut Rio. Apalagi menasehati Alvin dan mengungkit masalah gadis itu, yang ada dia yang dimakan sahabatnya.


Dalam kamar yang penuh dengan nuansa biru langit, sesosok lelaki terduduk sambil memangku gitar yang tidak dimainkannya. Tangannya malah justru menggenggam sehelai kain. Seperti sapu tangan. Dia, Rio. Yang sekarang sedang memperhatikan sapu tangan yang ada di genggamannya.

“Sapu tangan ini pasti milik cewe tadi. gimana cara gue balikinnya ya ??” gumamnya. Memang, sapu tangan yang tak sengaja dia injak saat akan meninggalkan Mall tersebut. Rio yakin sapu tangan tersebut milik gadis buta yang menabrak Alvin secara tak sengaja.

“Hmmm…gue ngga nyangka banget dia buta. Apapun itu, gue harus balikin sapu tangan ini” tekadnya dalam hati.

@_@

Rintik rintik hujan tak berhenti mengguyur tanah Jakarta sejak siang tadi. hingga sore menjelang. Beruntunglah mereka mereka yang bisa mencapai tempat tujuan dalam keadaan kering. Keberuntungan yang seharusnya dimiliki Rio karna dia menggunakan mobil sehabis pulang kuliah. Tapi tampaknya, kali ini kesialan menyambanginya.

“Arghh !! apes banget gue….pake bocor lagi aelah !!” umpatnya seraya menendang ban mobil Toyota Yaris putih miliknya.

“Ck..gue cari tukang tambal ban aja kali ya. ngga ada gunanya juga kalo gue disini. Telpon bengkel bakal lama pasti” usai berkata, Rio mengambil payung yang disimpan dalam bagasinya. Untuk jaga jaga supaya ada kejadian dadakan yang mengharuskannya menggunakan payung. Seperti sore itu.

CRETTT !!

Sebuah truk besar melaju dengan kecepatan kencang. Membuat genangan air yang diinjak rodanya mau tak mau muncrat ke arah lain. Yang kebetulan mengenai pakaian seseorang yang ada didekatnya. Rio, yang posisinya tak jauh dari tempat, langsung menoleh kala mendengar seruan kaget dari si pemilik pakaian.

“Argh !!” pekiknya. Penasaran juga, Rio mendekat. Betapa terkejutnya dia ketika melihat wajah orang itu.

“Dia kan..cewe buta yang kemaren” gumamnya. Gadis itu tak lain adalah Shilla. Yang kini tengah sibuk mengelap pakaiannya.

“Maaf, biar saya bantu” pemuda tersebut datang dan menawarkan bantuan.

“Siapa kamu ??”

“Saya..saya Rio”

“Rio ??”

“Kamu pernah ketemu sama saya kok. Cuma mungkin, kamu ngga tau karna saya ngga bersuara”

“Masa sih ?? kapan ??”

“Kemaren di Mall. Kamu nabrak temen saya”

“Ohh jadi kamu temen cowo belagu itu ??!! minggir, aku ngga butuh bantuan kamu” Shilla menepis tangan Rio. Gadis itu berjalan tertatih tatih dengan bantuan tongkat. Berusaha menyebrangi jalanan kecil Jakarta yang cukup padat. Tanpa sepengetahuannya, sebuah motor melaju dengan kecepatan diatas normal.

“Awas !!” peringatan Rio tak diindahkan Shilla. Tak ada waktu lagi. Laki laki itu berlari, menarik lengan Shilla dengan kedua tangannya.

BRUSH !!

Tak ada yang terluka, karna Rio berhasil membawa Shilla ketepian dan menutupi tubuh gadis itu dengan punggungnya. Akibatnya, jaket berwarna cerah milik Rio harus rela terkena cipratan air yang ditimbulkan oleh di pemilik motor yang tidak bertanggungjawab itu.
“Kamu ngga apa ??” tanya Rio khawatir.

“Kenapa ?? apa yang terjadi sama aku ??” tanya Shilla sembari mencoba bangkit. Rio membantunya. Menuntun Shilla ke tempat duduk yang terletak di taman kota. Keduanya basah kuyup. Karna payung yang rio bawa tadi rusak karna dia lempar saat akan menyelamatkan Shilla.

“Tadi pas kamu mau nyeberang, ada motor yang nyaris nabrak kamu” jawab Rio.

“Hmm…emang susah ya jadi orang buta. Ngga tau apa apa. Bahkan mau celaka aja ngga tau” lirih Shilla, putus asa.

“Hey, jangan bicara kaya gitu. Hidup itu anugrah. Jangan disesali apa yang sudah Tuhan berikan sama kita” pesen Rio.

“Aku ngga butuh ceramah kamu. Sekarang, mau apa kamu ketemu aku ?? kamu pasti disuruh temen kamu yang belagu itu buat minta ganti rugi yang kemaren kan ?? pengecut banget pake nyuruh orang lain. Sini, dateng ke depan aku sekarang” tantang Shilla. Rio menggarukkan kepala. Sungguh gadis yang cukup keras kepala.

“Mmm..bukan, saya ngga sengaja liat kamu. Saya memang kebetulan sedang mencari kamu. Bukan untuk menagih ganti rugi. Tapi saya mau mengembalikan ini” Rio mengeluarkan sapu tangan rajutan dari saku jaketnya. Untungnya, sapu tangan itu dia simpan di saku jaket yang sama.

“Ini milik kamu kan ??” tanya Rio memastikan. Shilla meraba raba sapu tangan tersebut.

“Iya. Ini milik saya. Sapu tangan ini berharga banget buat saya. Makasih ya” ucapnya seraya memeluk sapu tangan itu. Rio ikut tersenyum.

“Boleh saya tau kenapa itu berharga buat kamu ??”

“Sapu tangan ini adalah hasil rajutan aku yang pertama kali. Aku belajar merajut dari nenekku. Tapi sayang, nenek meninggal. Padahal, aku mau memberikan sapu tangan ini untuknya. Sebagai hadiah” raut wajah Shilla berubah sedih saat menceritakan sejarah sapu tangan itu.

“Mmm..maaf ya, gara gara saya kamu jadi sedih”

“Iya ngga papa. Makasih ya Rio. Ternyata kamu berbeda dengan teman kamu yang belagu itu”

“Hehe dia ngga belagu kok. Cuma ya kadang kadang emosinya ngga terkontrol aja” keduanya diam. Shilla memandang kosong ke depan. Sementara Rio asik memperhatikan lekuk wajah Shilla. Tak bisa dipungkiri, dibalik kekurangannya, gadis disampingnya memiliki kecantikan luar biasa.

“Setelah ini kamu mau kemana ??” tanya Rio.

“Pulang”

“Rumah kamu dimana ??”

“Di belakang gedung kesenian”

“Loh, kan lumayan jauh”

“Iya memang”

“Terus, gimana kamu bisa nyampe kesana ??”

“aku naik angkotlah. Masa jalan ??”

“Caranya ??” entah mengapa Rio ingin sekali tau.

“Aku meminta tolong orang untuk menyetopkan angkot yang tepat. Setelah naik, aku tinggal menyebutkan tempat dimana seharusnya aku turun” jelas Shilla. Rio hanya membulatkan mulutnya.

“Saya anter ya”

“Boleh. Tapi..apa ngga ngerepotin ??”

“Ngga lah. Tapi….naik angkot ya ??” Rio teringat akan mobilnya yang masih teronggok diam karna bocor bannya.

“Haha memang kenapa ?? lagian setiap hari aku juga naik angkot kan ??” ledek Shilla. Rio ikut tersenyum. Entah mengapa dia begitu merasa nyaman berada dekat Shilla. Padahal, mereka baru saling kenal.

@_@

“Hay Shilla” tegur Rio. Shilla menghentikan kegiatannya merajut.

“Rio ?? darimana kamu tau aku disini ??”

“Tadi aku ke rumah kamu. Terus tetangga kamu bilang, katanya kalo jam segini, pasti kamu nongkrong di taman sambil ngerajut. Yaudah aku susul aja” Rio mendudukkan dirinya di bangku taman samping Shilla.

“Ohh pasti yang ngasih tau kamu Sivia. Dia sahabat sekaligus tetangga aku”

“Emang di rumah kamu ngga ada siapa siapa ??”

“Aku tinggal sebatang kara. Sejak kecil aku diasuk kakek dan nenek”

“Orang tua ??”

“Entahlah. Mungkin mereka malu punya anak cacat seperti aku. Makanya mereka lepas dari tanggungjawab dan menitipkan aku di rumah kakek dan nenek” tuturnya sedih. Lagi lagi, Rio merasa bersalah karna telah membuat Shilla sedih.

“Terus, gimana caranya kamu bisa bertahan hidup ??”

“aku mengandalkan uang tabungan dari nenek. Kalo makan, keluarga Sivia berbaik hati memberikan jatah makanannya kepadaku. Setiap hari. Kadang kadang aku merajut kecil kecilan, dan aku tawarkan ke tetangga tetangga. Lumayan juga hasilnya”

Rio melirik kain yang diapit midangan. Hasil rajutan yang baru setengah jadi, namun sudah terlihat sangat indah.

“Saya salut sama kamu” ucap Rio.

“Kenapa ??”

“Dibalik kekurangan fisik kamu, kamu tegar menjalani kerasnya hidup. Dan bakat kamu merajut..saya kagum. Hasil rajutan kamu bagus banget” puji Rio. Pipi Shilla bersemu.

“Ah kamu bisa aja. Makasih ya”

“Ayoo dong lanjutin ngerajutnya. Saya mau liat lagi” sesuai perintah Rio, Shilla melanjutkan kegiatannya. Walau tak bisa melihat, Shilla bisa melakukannya dengan teliti. Pelan dan telaten. Hingga hasilnya pun sangat memuaskan.

“Aww !!” pekik Shilla. Ujung telunjuknya berdarah akibat terkena jarum.

“Astaga..berdarah. sini jari kamu” refleks, Rio meraih telunjuk Shilla. Diisapnya telunjuk gadis itu.

“Rio..”

“Air ludah itu bisa menghentikan darah akibat luka kecil” Rio melepaskan tangan Shilla.

“Makasih ya Yo. Baru kali ini ada lelaki yang perhatian ke aku sampe segininya” aku Shilla polos. Deg..jantung Rio tak bisa tenang. Benar kata Shilla. Mengapa dia begitu perhatian pada gadis buta itu ?? apa dia jatuh cinta padanya ?? entahlah. Mungkin iya..hanya Rio yang tau.

@_@

“Maaf, saya terlambat” sesal Rio setibanya di taman. Sore itu hujan deras. Tubuh Shilla sudah menggigil akibat kehujanan sedari tadi.

“Aku pikir kamu ingkar janji. Kamu yang minta aku menemui disini. Di tempat favorit kita. Tapi apa ?? aku udah nunggu kamu sejak 3 jam yang lalu. Sampai kehujanan. Kamu malah terlambat ?? apa janji kamu ke aku ngga penting ??” marah Shilla.

Rio meremas kepalanya. Dia menyesal. Tadi, saat dirinya hendak menemui Shilla, mama mantan pacarnya, Ify menelpon dirinya. Meminta Rio datang ke rumah karna Ify sakit keras. Sampai disana, Rio tak mendapati Ify sekarat. Ify masih sehat sehat saja. Dia hanya ingin bertemu dengan Rio. Tentu Rio kecewa dan merasa waktunya terbuang. Namun Ify menghalanginya saat dirinya hendak pulang. Dan itu sebabnya dia telat menemui Shilla.

“Kenapa ?? kamu ngga bisa jawab kan ?? aku pikir kamu cowo yang paling baik. Tapi ternyata..kamu pengecut dan buaya !!” Shilla bangkit, namun Rio cepat berlutut dan memegangi punggung kaki Shilla.

“Saya ngga pernah main main dalam masalah hati”

“ Maksud kamu ??”

“Saya minta maaf atas keterlambatan saya. Bukan janji kita ngga penting, tapi tadi memang ada halangan. Saya minta kamu dateng kesini bukan tanpa tujuan” ucap Rio.

“Lalu apa tujuan kamu ??”

“Saya ingin mengutarakan isi hati saya..bahwa saya..saya jatuh cinta sama kamu. Saya menyayangi kamu. Saya ingin memiliki kamu” aku Rio.

Shilla terdiam sejenak. “Apa kamu serius ??”

“Sangat !! saya sangat serius. Entah kenapa perasaan ini muncul begitu aja. Tapi saya yakin ini tulus dari dalam hati saya”

“Rio..aku minta kamu bangun” Rio bangkit. Sesuai permintaan Shilla. Hujan yang makin deras membuat tubuh keduanya tenggelam dalam rintik rintik air.

“aku juga sayang sama kamu Yo. Aku harap, ngga ada permainan dalam pengakuan kamu. Jangan buat aku kecewa Yo”

“Iya Shill..saya janji. Saya ngga akan buat kamu sedih. Setetes pun airmata ngga akan saya biarkan mengalir di pipi kamu. Saya akan jaga hati kamu..sebisa saya. Semampu saya” janji Rio. Tak ada kata kata, Shilla langsung memeluk Rio. Belum pernah dia merasakan kebahagiaan seperti sekarang. disini. Bersama Mario…

@_@

“Kamu mau apain saya sih Shill ?? kenapa saya disuruh tutup mata segala ??” tanya Rio penasaran. Setibanya dia di taman, Shilla langsung menyuruhnya menutup mata. Katanya ada kejutan. Mau tak mau Rio menuruti. Walau penasaran.

“Sekarang, kamu buka mata kamu” pinta Shilla. Rio membuka matanya perlahan.

“Tarraaa !!” seru Shilla. Ditangannya terdapat syal rajut berwarna biru putih yang sangat cantik.

“Shill..ini..”

“Buat kekasih aku yang paling baik. Special aku bikinin untuk kamu, Mario” Shilla mengalungkan syal tersebut keleher Rio.

“Makasih ya Shill”

“Maaf ya jelek. Baru kali ini aku nyiba bikin syal. dan hasil yang pertama aku hadiahi untuk kamu. Semoga syal itu bisa menghangatkan kamu. Semoga aku bisa menghangatkan hati dan perasaan kamu” Shilla meraba wajah Rio. Rio turut membelai punggung tangan Shilla. Namun dirinya langsung menarik tangan Shilla.

“Shill…tangan kamu kenapa..??” tanya Rio cemas kala dia melihat lecet lecet kemerahan di tangan Shilla terutama pada jarinya. Rio meraih tangan gadis itu yang satunya. Sama saja ! lecet lecet.

“Kenapa Shill ??” tanya Rio—lagi—.

Shilla tersenyum. “Ngga papa kok. Anggep aja pengorbanan aku”

Rio tersenyum masam. Lecet lecet itu adalah bekas tertusuk jarum. Pasti Shilla bekerja keras untuk membuatkan hadiah untuknya. Sampai tangannya luka luka. Kasian Shilla.

“Maafin saya ya. ngga seharusnya kamu memaksakan diri untuk membuat syal ini”

“Ngga papa Yo. Aku seneng kok” kata Shilla. Rio menaruh kepala Shilla di pundaknya.

“Rio, boleh aku tanya sesuatu ??”

“Apa ?”

“kenapa kamu mencintai orang buta seperti aku ??” tanya Shilla.

Rio tersenyum kecil. “Karna cinta itu hati..bukan mata”

“alesan kamu ngga memuaskan”

“hehe..sayang, cinta saya ke kamu itu tanpa alasan. karna, cinta yang tumbuh alami dari hati. Tanpa paksaan dan tanpa pamrih, itulah yang dinamakan cinta sejati. Sama seperti cinta saya ke kamu” terang Rio.

“Kok gitu ??”

“Iya. Mencintai orang karna hartanya, itu bukan cinta. Tapi pamrih. Mencintai orang karna dia baik sama kita, itu bukan cinta. Tapi balas budi. Mencintai orang karna fisiknya, itu bukan cinta. Tapi nafsu. Mencintai orang karna dia mencintai kita, itu bukan cinta. Tapi kasihan. Tapi, bila kita mencintai seseorang tanpa alasan, itulah yang dinamakan cinta sejati. Cinta yang abadi sampai akhir usia kita” jelas Rio.

“Rio, kamu mau janji satu hal sama aku ??”

“Apa ??”

“Jangan pernah tinggalin aku ya. aku berharap, cinta kamu ke aku bukan karna kasihan. Tapi tulus”

“Ya..aku janji”

“Jika suatu hari nanti aku bisa melihat, aku ingin menikah sama kamu. Cuma kamu cowo yang bisa nerima aku apa adanya. Kamu mau kan Yo ??” tanya Shilla.

“Ya, tentu”

“Saya sangat mencintai kamu, Mario..”

“Terlebih saya, Ashilla..”

@_@

“Shilla !! aku punya kabar baik buat kamu !!” Sivia berkoar heboh. Shilla berjalan pelan dengan tongkatnya.

“Apa sih Vi ?? treak treak gitu ?”

“Ini, ada surat panggilan dari rumah sakit Taruna. Disini tertulis, kamu akan menjalani operasi kornea mata. Ada seorang dermawan yang bersedia mendonorkan kornea matanya untuk kamu”

“Serius Vi ??”
“Iyalah Shill !!”

“Horee !! sebentar lagi aku bisa melihat !! aku bisa liat kamu Vi, aku bisa liat Rio. Aku bisa liat dunia !!” kedua sahabat itu saling berpelukan.



~Flashbackend~


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^


Aku menyadari bahwa dirimu memang tak sempurna..
Maaf bila aku telah mengecewakanmu..
Membuatmu menangis..
Menghapuskan segala bayangan indah dalam pikiranmu..

Aku mencintaimu..
Memberikan seluruh hatiku, sepenuhnya untukmu..
Hanya untukmu..

Di mata orang, kau memang tak sempurna..
Tapi dimataku, kesempurnaan hanya milik Tuhan,
Dan Tuhan,
Menganugrahkan kesempurnaan padamu, pada kecantikanmu..

Aku tak peduli apapun kekuranganmu..
Aku menerimamu apa adanya..
Akupun berharap demikian..

Tapi ternyata,
Kau belum memberikan sepenuhnya hatimu untukku..

Aku tak memaksa..
Yang perlu kau tau,
Aku akan tetap mencintaimu..
Dengan, atau tanpa kasihmu..

Sampai aku mati..

-Mario-



“Apa ini Vin ?” tanya Shilla seusai membaca surat yang Alvin berikan 3 hari setelah dia menemui Rio.

“Loe udah baca isinya kan ?? pahami. Itu kata hati dari sahabat gue, Rio”

“Vin..aku ngga ngerti”

“Loe keterlaluan Shill. Awalnya gue simpati sama loe. Tapi ternyata, kagum yang gue simpen salah !! loe ngga lebih dari cewe muna yang Cuma pengen manfaatin Rio doang !!”

“Maksud kamu apasih ??”

“Asal loe tau ya Shilla, Rio itu cinta mati sama loe !! dia ngga peduli walau loe buta sekalipun. Dia mau sama loe selamanya. Tapi apa ?? setelah loe dapetin kornea matanya, loe tinggalin dia begitu aja ??!!”

“Apa kamu bilang ??”

“Ya, Rio yang donorin matanya buat loe !! dia begitu ingin supaya loe bisa melihat dunia. Liat dia !! loe liat kan, pengorbanannya gede banget ke loe !! tapi kenapa loe malah nyia nyiain dia ?? kalo gue boleh milih, mending loe aja yang pergi ketimbang gue harus kehilangan sahabat gue selamanya” seru Alvin. mukanya merah. Matanya pun mulai berkaca kaca.


“Ngga…apa yang saya lakukan. Maafin saya Yo. Sekarang mana Mario ??” tanya Shilla.

“Loe tanya dimana dia ?? terlambat”

“Maksud kamu ??”

“Nih” Alvin melemparkan syal rajutan ke hadapan Shilla. Syal yang sempat dia kasih ke Rio sebagai hadiah.

“Ini kan…Vin, bilang sama saya, mana Rio ??”

“Dia pergi. Selamanya. Dia frustasi sama penolakan loe. Dia…dia bunuh diri. Mengikat lehernya dengan syal yang loe kasih itu. sekenceng kencengnya sampe dia kehabisan nafas” tutur Alvin.

Shilla tak sanggup membendung airmatanya. Dipeluknya syal itu layaknya dia memeluk Rio.

“Rio..maafin saya. Saya nyesel Yo..saya mencintai kamu dan ngga pernah mencoba memanfaatkan kamu. Maaf Yo..” rintih Shilla.

tak ada gunanya. Penyesalan memang selalu datang belakangan.
Namun, Rio tak pernah pergi selamanya. Dia setia menemani Shilla sebelum gadis itu tertidur. Rio rajin membelai rambut gadisnya yang sudah terlelap dalam mimpi.

“Ashilla, saya sedih karna kamu ngga mengingkari harapanmu dulu, tapi saya tetap bahagia karna kamu bisa melihat dunia dengan mata saya. Saya sengaja mengakhiri hidup saya dengan mengikat leher saya dengan syal hasil rajutan kamu. Agar cinta kamu selalu mengikat saya. Selama-lamanya…saya mencintai kamu…”


-TAMAT-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar